Beberapa wilayah di Asia, seperti Indonesia, China, Thailand, Bangladesh, Myanmar, Laos, dan India sedang mengalami cuaca panas ekstrem dalam beberapa waktu belakangan ini.
Melansir dari The Guardian, empat stasiun cuaca di Myanmar sempat mencatatkan suhu tertinggi, yakni 43 derajat Celsius, Selasa (25/4/2023) lalu. Dilaporkan, suhu tersebut menyamai rekor suhu bulanan di Theinzayet, Mon Timur, Myanmar.
“Pada Rabu, Bago, timur laut Yangon, mencapai suhu 42,2 derajat Celsius. Angka itu menyamai rekor sepanjang masa yang sebelumnya tercatat pada Mei 2020 dan April 2019,” ungkap ahli iklim dan sejarawan cuaca, Maximiliano Herrera, dikutip Sabtu (29/4/2023).
Sementara itu di Thailand, pihak berwenang menyarankan masyarakat di Bangkok dan daerah lain untuk tidak bepergian ke luar rumah untuk mencegah risiko sakit. Sebab, pada Sabtu pekan lalu, Bangkok mencapai suhu 42 derajat Celsius dengan indeks panas mencapai 54 derajat Celsius.
Dilaporkan, cuaca panas itu berpengaruh pada rekor konsumsi listrik di Thailand. Akibat cuaca panas dan penggunaan AC yang lebih intens, Negara Gajah Putih mengonsumsi lebih dari 39 ribu megawatt (MW) pada 6 April. Nilai tersebut lebih tinggi dari rekor sebelumnya, yakni 32 ribu MW pada April tahun lalu.
Lalu, ratusan sekolah di Filipina dilaporkan mengalihkan proses pembelajarannya ke pembelajaran jarak jauh untuk mencegah para siswa jatuh sakit akibat cuaca panas ekstrem.
Keputusan tersebut mengacu pada peristiwa bulan lalu, yakni lebih dari 100 siswa dirawat di rumah sakit di Laguna, Tenggara Manila, akibat dehidrasi setelah mengikuti latihan kebakaran saat suhu antara 39 derajat Celcius dan 42 derajat Celcius.
Di negara lainnya, yakni Bangladesh, Dhaka dilaporkan mengalami kenaikan suhu hingga di atas 40 derajat pada awal bulan ini. Suhu itu ditandai sebagai hari terpanas dalam 58 tahun. Bahkan, sejumlah permukaan jalan mencair akibat suhu ekstrem itu.
Secara global, 2022 digolongkan sebagai salah satu tahun terpanas dan tahun terpanas yang didokumentasikan secara kolektif oleh sains modern selama delapan tahun terakhir. Para ahli menyebutkan bahwa kembalinya fenomena cuaca El Nino pada tahun ini akan menyebabkan suhu semakin meningkat.