Terungkap! ‘Dunia Hilang’ Ditemukan di RI, Ini Lokasinya

Dalam foto yang diambil 14 September 2009 ini, para pekerja bekerja di lokasi penggalian gua Liang Bua tempat ditemukannya sisa-sisa Homo floresiensis di Ruteng, pulau Flores, Indonesia. (AP/Achmad Ibrahim)

Dunia yang Hilang’ akhirnya berhasil ditemukan oleh para peneliti. Menariknya, dunia tersebut ditemukan di wilayah Sumba, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.

Menurut laporan berjudul Proceedings of the Royal Society B, tim dari Zoological Society of London (ZSL) melakukan ekspedisi meneliti hewan punah sejak 2011 hingga 2014. Di tengah penelitian tersebut, mereka justru menemukan ‘Dunia yang Hilang’.

“Penemuan di area ini bisa membuka wawasan yang menakjubkan soal dunia yang hilang. Ada banyak hewan yang berevolusi di kepulauan Wallacea yang terisolasi tetapi kemudian punah seiring munculnya peradaban manusia modern,” papar anggota peneliti di ZSL, Samuel Turvey, dikutip dari Mongabay, Minggu (23/4/2023).

Dalam laporan yang sama, Sumba adalah ‘surga’ bagi beragam spesies sejak sekitar 12 ribu tahun yang lalu, termasuk perkiraan hewan-hewan langka yang awalnya hidup di Sumba, seperti fosil komodo dari Pulau Komodo.

Sebagai informasi, Sumba memang terkenal sebagai ‘sarang’ bagi sejumlah hewan yang sebagian besarnya telah punah, seperti gajah mini, tikus, kadal raksasa, hingga spesies komodo.

Para peneliti mengoleksi fosil dari Sumba yang sebagian bagian dari wilayah yang diberi nama Wallacea. Sebutan itu berasal dari ahli biologi, Alfred Russel Wallace yang pertama kali memberikan batasan wilayah berdasarkan penyebaran spesies hewan di Indonesia pada abad ke-19.

Selain Sumba, wilayah Wallacea juga mencakup Sulawesi, Lombok, Flores, Halmahera, Buru, dan Seram. Wilayah ini sempat populer pada 2004 setelah sekelompok arkeolog menemukan fosil makhluk punah, yakni Hobbit alias Homo Floresiensis di bagian utara Sumba.

Riset mengenai Sumba sebenarnya masih jarang dilakukan, termasuk soal survei fosil dan kehidupan liar di wilayah tersebut. Namun, penelitian lanjutan diharapkan bisa terus dilakukan sehingga para peneliti bisa mendapatkan informasi lebih terkait evolusi spesies di Sumba.

“Mungkin karena terlalu banyak pulau di Indonesia untuk dipelajari. Masih jarang biologis atau paleontologis yang fokus pada wilayah beragam di Indonesia,” terang Turvey.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*