Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meyakni Batam akan menjadi saingan Singapura dalam beberapa tahun ke depan.
Hal ini sejalan dengan Program Pengembangan Kawasan Rempang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Batam.
Airlangga optimistis program KPBPB ini dapat meningkatkan investasi hingga Rp 381 triliun dan penciptaan lapangan kerja untuk 306 ribu orang di kawasan tersebut.
Pasalnya, Airlangga melihat Batam-Rempang menjadi titik masuk utama dari Singapura ke Jakarta dan bagian lain di Indonesia sehingga diharapkan Kawasan Rempang menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi, industri dan pariwisata Indonesia, dengan pendekatan menjembatani masa lalu, masa kini, dan masa depan.
“Diharapkan efeknya bisa berkembang dan tentu Batam, Bintan, Karimun termasuk Rempang yang dekat dengan Singapura dan Malaysia dan diharapkan bisa memberikan daya saing di kawasan itu,” papar Airlangga dalam peluncuran KPBPB, dikutip (13/4/2023).
Airlangga menambahkan pengembangan Kawasan Rempang memang sudah sejak lama diharapkan, namun terbentur dengan aturan SK Menhut No.307/KPTS-II/1986 yang menetapkan Kawasan Rempang menjadi kawasan Taman Buru.
Sampai pada akhirnya di tahun 2015, Kawasan Rempang telah siap untuk dilakukan percepatan pelaksanaan pengembangannya yang dilakukan secara bertahap.
“Ini hal yang sudah kita nanti kurang lebih 18 tahun. Tentu ini proses yang panjang dan kami berharap Kepala BP batam, shuffle dokumen ini kita selesaikan,” kata Airlangga dalam peluncuran KPBPB.
Oleh karena itu, dia berharap dengan adanya program ini maka Batam dapat menjadi wilayah yang sama bersinarnya dengan Singapura.
Lebih lanjut, Airlangga juga berharap pengembangan Kawasan Rempang akan dapat memberikan spillover effect kepada kawasan-kawasan lain di sekitarnya.
Letak Pulau Rempang yang tidak jauh dari Singapura dan Malaysia akan dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kawasan Asia Tenggara.
Adapun, investasi yang akan dilakukan di Kawasan Rempang antara lain industri menengah, industri manufaktur dan logistik, kawasan pariwisata terintegrasi, serta kawasan perumahan dan perdagangan jasa terintegrasi.
Untuk Tahap I sampai dengan Tahun 2040 akan direalisasikan investasi sekitar Rp29 triliun dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak kurang lebih 186.000 orang melalui pengembangan industri manufaktur dan logistik, pariwisata MICE, dan kegiatan perumahan yang didukung oleh perdagangan dan jasa.