Efek Double Kill Bikin AS ‘Kesakitan’, Harga Emas pun Terbang

Emas batangan

Harga emas kembali terbang menyambut dua kabar penting dari Amerika Serikat (AS)

Pada penutupan perdagangan Rabu (12/4/2023), emas ditutup di posisi US$ 2014,67 per troy ons. Harga sang logam mulia melambung 0,58%.

Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 5 April lalu atau sepekan terakhir.

Harga emas masih menguat pada pagi hari ini. Pada perdagangan hari ini, Kamis (13/4/2023) pukul 06: 30 WIB, harga emas ada di posisi US$ 2016,69 per troy ons. Harganya menguat tipis 0,1%.

Kembali terbangnya harga emas ditopang oleh dua kabar penting dari AS, yakni inflasi dan risalah pertemuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Inflasi AS secara mengejutkan melandai ke 5% (year on year/yoy) pada Maret. Inflasi tidak hanya jauh lebih rendah dibandingkan 6% (yoy) pada Februari tetapi juga jauh di bawah ekspektasi pasar (5,1).

Secara month to month/mtm, inflasi AS melandai ke 0,1% pada Maret 2023, dari 0,4% pada Februari.

Namun, inflasi inti masih kencang yakni 5,6% (yoy) pada Maret, dari 5,5% pada Februari.

Inflasi yang melandai ini menjadi sinyal jika ekonomi Negara Paman Sam akan mulai mendingin setelah tumbuh relatif kencang yakni 2,6% (yoy) pada kuartal IV-2022.

Kondisi ini akan mendukung The Fed untuk segera melunakkan kebijakan moneternya.

Hanya beberapa jam setelah data inflasi keluar pada Rabu malam waktu Indonesia, The Fed mengeluarkan risalah FOMC untuk bulan lalu.

Dalam risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang keluar kemarin, The Fed juga mengatakan ekonomi AS bisa masuk resesi menyusul krisis perbankan mereka.

Sebagai catatan, tiga bank AS kolaps pada bulan lalu yakni Silicon Valley Bank (SVB), Silvergate Bank, dan Signature Bank.

“Merujuk pada penilaian potensi dampak ekonomi dari sektor perbankan, ada proyeksi mengenai resesi ringan yang kemungkinan terjadi akhir tahun ini,” tulis risalah FOMC.

Pasar kini bertaruh jika kemungkinan kenaikan suku bunga sebesar 25 bps kini d69% pada Mei mendatang. Banyak dari pelaku pasar yang juga memperkirakan jika The Fed akan mulai menahan suku bunga pada Juni tahun ini.

Melandainya inflasi dan kekhawatiran The Fed mengenai resesi menjadi dua berkah yang turun dalam sehari. Kedua kondisi tersebut merupakan imbas dari kebijakan ketat The Fed yang akhirnya melemahkan ekonomi AS.

Kenaikan suku bunga sebesar 475 bps menjadi 4,75-5,0% dalam setahun terakhir telah menurunkan ekonomi AS dari 9,1% pada Juni 2022 menjadi 5% pada Maret 2023.

Suku bunga yang tinggi juga membuat ekonomi AS limbung, bahkan menimbulkan krisis perbankan.

Efek double kill dari kebijakan ketat The Fed pun membuat emas terbang.

Inflasi dan ancaman resesi bisa menjadi pertimbangan The Fed untuk segera malukan pivot atau pembalikan arah kebijakan dari hawkish ke dovish.

Kebijakan yang dovish akan membuat dolar AS terpuruk sehingga emas makin terjangkau untuk investasi.

Emas pun akan diuntungkan karena semakin diburu sebagai aset aman di tengah resesi.

“Ada risiko jika The Fed tidak menaikkan suku bunga (Mei mendatang) karena itu kemungkinan membuat The Fed mengerek suku bunga tetapi hanya 25 bps. Masih ada banyak risiko ke depan yang juga mempengaruhi harga emas ke depan,” tutur analis OANDA, Edward Moya, dikutip dari Reuters.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*